Senin, 17 November 2008

Kasus Demam Berdarah Dengue

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan lingkungan yang cenderung meningkat jumlah penderita dan semakin luas daerah penyebarannya, sejalan dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk.Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti maupun Aedes albopictus. Aedes aegypti lebih berperan dalam penularan penyakit ini, karena hidupnya didalam dan di sekitar rumah, sedangkan Aedes albopictus di kebun,sehingga lebih jarang kontak dengan manusia (Depkes RI , 1992 a). Virus Dengue terbagi atas empat tipe, yaitu: DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4. Virus tersebut termasuk dalam group B Arthropod borne viruses (arboviruses). Keempat type virus tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia antara lain Jakarta dan Yogyakarta. Virus yang banyak berkembang di masyarakat adalah virus dengue dengan tipe satu dan tiga.

Kasus penyakit ini pertama kali ditemukan di Manila, Filipina pada tahun 1953.Kasus di Indonesia pertama kali dilaporkan terjadi di Surabaya dan Jakarta dengan jumlah kematian sebanyak 24 orang.Beberapa tahun kemudian penyakit ini menyebar ke beberapa propinsi di Indonesia, dengan jumlah kasus sebagai berikut :

- Tahun 1996 : jumlah kasus 45.548 orang, dengan jumlah kematian
sebanyak 1.234 orang.
- Tahun 1998 : jumlah kasus 72.133 orang, dengan jumlah kematian
sebanyak 1.414 orang (terjadi ledakan)
- Tahun 1999 : jumlah kasus 21.134 orang.
- Tahun 2000 : jumlah kasus 33.443 orang.
- Tahun 2001 : jumlah kasus 45.904 orang
- Tahun 2002 : jumlah kasus 40.377 orang.
- Tahun 2003 : jumlah kasus 50.131 orang.
- Tahun 2004 : sampai tanggal 5 Maret 2004 jumlah kasus sudah
mencapai 26.015 orang, dengan jumlah kematian sebanyak 389 orang.

Khusus penderita DBD di Jakarta Utara meningkat 300 persen: total penderita DBD mencapai 201 orang, empat diantaranya meninggal dunia. (Jakarta Utara, pada 2002 mencatat 24 penderita DBD dengan korban meninggal satu orang, pada 2003 mencatat 59 penderita dengan korban meninggal dua orang). Penderita demam berdarah dengue atau DBD di Jakarta Utara tahun ini hingga September meningkat dibandingkan periode sama tahun lalu. Tahun ini korban tewas 10 orang, atau meningkat tiga kasus.Kepala Suku Dinas Kesehatan Masyarakat Jakarta Utara Paripurna Harimuda mengatakan, dari Januari hingga September 2007 ada 3.333 penderita DBD. Dari jumlah itu, 10 orang meninggal. Pada 2006, penderita yang meninggal karena DBD hanya 7 orang. Dari 31 kelurahan, penderita di Kelurahan Sunter Agung merupakan yang terbesar yakni ada 345 kasus disusul Kelurahan Penjaringan ada 205 kasus. Paling rendah di Kelurahan Kamal Muara yakni 8 kasus. DBD.Dari pengamatan di lapangan, persoalan paling pokok di Jakarta Utara adalah lingkungan yang kumuh, kurangnya tindakan fogging, dan masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyebab DBD dan cara tepat untuk menanggulanginya.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka pengendalian vektor sebagai salah satu upaya pemberantasan DBD masih merupakan upaya utama yang dilakukan guna memutus rantai penularan. Pengendalian vektor secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan insektisida yang diaplikasikan secara .space spraying. yakni pengkabutan (thermal fogging) dan Ultra Low Volume (cold fogging).Insektisida Malathion yang termasuk golongan organofosfat sudah digunakan sejak tahun 1972 di Indonesia (Sudyono, 1983).Selain itu insektisida Bendiocarb dari golongan karbamat dengan formulasi ULV juga pernah diuji coba (Hadi, et.al., 1993).Namun sekarang nyamuk Ae aegypti telah banyak yang resisten terhadap jenis insektisida tertentu khususnya insektisida yang berbahan aktif lambdacyhalothrin Oleh karena itu perlunya dilakukan uji coba beberapa insektisida golongan pyrethroid sintetik terhadap vektor DBD Aedes aegypti yang dibandingkan dengan Malathion (Malathion 95%)guna menemukan insektisida yang ampuh dalam mengendalikan berbagai serangga pengganggu kesehatan. Insektisida tersebut masing-masing mempunyai kandungan bahan aktif alphacypermethrin (Fendona 30 EC); cypermethrin (Cynoff 25 ULV); lamdacyhalothrin (ICON25 EC)

Tidak ada komentar: